Tuesday, January 20, 2009

Menunda Keinginan


Apa perbedan antara keinginan dan kebutuhan ?

Saya yakin anda semua tahu jawabannya.

Saya teringat tentang masa lalu saya selepas kuliah,dan kemudian bekerja di Jakarta. Saat pertama mendapatkan gaji terasa senang luar biasa, saya berpikir dengan pendapatan saya itu, saya bisa beli apa saja yang saya kehendaki saat itu,saya merasa bisa memanjakan keinginan saya tanpa ada orang yang membatasi, mungkin saat itulah yang merupakan "Era foya- foya" bagi saya, pada akhirnya saya tersadar dan mulai berfikir tentang masa depan,bisnis dan investasi.

Mungkin andapun pernah mengalami masa "Era foya -foya ini"?

Masa ini biasanya dialami pada saat kita pertama kali mendapatkan gaji atau penghasilan dan berlangsung selama beberapa bulan atau tahun orientasi kita hanya untuk "memenuhi keinginan" atas barang - barang konsumtif semata dan tergiur dengan barang- barang yang "wah", "paling" atau yang "ter" tanpa melihat pada nilai guna dan manfaatnya.

Kalau diantara pembaca masih ada yang mengalami masa ini terus menerus , berkelanjutan sampai sekarang ,maka anda harus hati - hati ,periksa tabungan anda dan dan mulailah memikirkan masa depan anda,karena banyak fakta yang menunjukan bahwa kebiasaan boros di waktu muda akan berdampak jelek di masa tua.

Lalau apakah kita salah memiliki barang - barang mahal yang kita idam idamkan untuk kebutuhan konsumtif kita ?

Tentu tidak salah kalau barang yang mahal dan wah itu masih jauh lebih kecil dari pendapatan/kemampuan kita.

Terus bagaimana dengan pendapatan yang besar? itu juga bukan jaminan, saya punya teman sebut saja Jhony namanya, gaji nya lumayan yaitu sekitar 15 juta /bulan, tetapi dia selalu mengeluh kekurangan,bahkan hanya untuk beli susu anaknya harus mencari pinjaman sana sini, Mungkin anda tidak percaya kalau hanya melihat pada gaji nya,tapi kenyataannya demikian.

Dia mempuanyai 4 mobil yang merupakan liabilitas,2 rumah yang tidak tersewa dan harga sewa sangat rendah karena lokasi yang tidak strategis.Untuk membiayai mobil yang rusak,renovasi rumah dsb dia pinjam bank yang akhirnya terlilit hutang,pada akhirnya semua miliknya itu dia jual murah dan dibawah harga pasar,yang menyebabkan teman saya ini kehilangan semua miliknya tetapi hutang pada bank masih belum terlunasi.

Kalau di analisa secara sederhana hal itu akan terjawab juga, pendapatan 15 juta dengan pengeluaran 15 juta = O

Dilain pihak ada teman yang pendapatannya 4,5 juta per bulan tapi sanggup berinvestasi beli tanah dan rumah serta merintis bisnis sampingan.Ternyata dia menganggarkan untuk dana kebutuhan rutin keluarganya 2,5 juta/bulan dan untuk tabungan (investasi) rutin per bulan 2 juta. atau 24 juta pertahun plus hasil bisnis sampingannya.

Lalu siapa yang lebih kaya?

Kalau anda tinggal di kota besar seperti Jakarta misalnya,pernahkah anda mengamati atau melakukan survey kecil kecilan tentang kemampuan keuangan antara karyawan kantoran yang berdasi membawa Hp keluaran terbaru dengan orang yang berpakaian lusuh yang memiliki warteg, pecel lele,atau yang jualan teh botol di pinggir jalan?


Saya pernah melakukannya,saat saya bekerja di Jakarta dulu, saat itulah saya merasa bahwa jangan pernah menganggap remeh orang hanya dari penampilan semata,ternyata orang orang yang berpakaian lusuh itu jauh lebih baik dari saya dari segi financial, itu pelajaran pertama yang saya dapatkan.


Belakangan saya tahu bahwa mungkin itu adalah salah satu contoh nyata apa yang disebut oleh para motivator seperti Tung Dasem waringin dengan istilah "Hidup dibawah kemampuan".Kalau kita mampu beli mobil maka belilah motor, kalau kita mampu membeli mobil BMW maka belilah honda atau toyota.Dengan begitu neraca keuangan kita selalu surplus bukan minus, sehingga kelebihan uang kita bisa di investasikan terus untuk menciptakan income- income baru ,bisa berbentuk bisnis,bisa berbentuk property,atau usaha -usaha lain yang sesuai dengan kemampuan kita.

Dalam hal ini bukan berarti kita pelit pada diri sendiri, kalau istilah para motivator ini disebut dengan "menunda keinginan" sampai kita mampu membeli barang barang konsumtif yang kita inginkan tanpa mengganggu neraca keuangan utama ,lebih bagus lagi kalau membelinya dari pendapatan pasif income investasi kita.


Disamping prinsif di atas aspek pengetahuan tentang investasi juga memegang peranan yang sangat penting untuk membedakan kita bagaimana berinvestasi dengan cerdas dengan alakadarnya ,mungkin anda pernah mendengar bagaimana orang bisa mengumpulkan kekayaan miliaran hanya dalam beberapa tahun saja seperti yang dibahas dalam Seven years to seven figurs ,kalaulah kita tidak sampai seperti itu minimal kita bisa lebih cerdas dalam investasi dari kalangan di sekitar kita untuk itulah di perlukan pengetahuan.

Mengelola Keuangan Pribadi Menurut Robert T Kiyosaki, Ada 2 hal utama yang membedakan orang kaya dengan kelas menengah dan miskin. Yang pertama adalah kepemilikan aset, orang kaya membeli aset, sedangkan kelas menengah dan miskin membeli liabilitas yang mereka anggap aset. Perbedaan kedua adalah kontrol atas uang.




Banyak orang yg memenangkan rezeki besar ,atau mendapatkan hadiah undian akhirnya kehilangan rezeki itu dalam waktu singkat ,contoh lainnya,kalau di Jakarta kita sering menyaksikan warga betawi yang menjual tanahnya mendapatkan miliaran ,uang sebesar itu tidak terkontrol dan pada akhirnya hanya tersisa rumah sepetak dan letaknya di luar jakarta malah diantara mereka ada yang berakhir dengan menyewa rumah .


Mengapa demikian ?

Karena untuk mengontrol uang Anda harus memiliki pengendalian emosi dan pengetahuan finansial. Orang kaya pertama tama berinvestasi pada diri mereka sendiri (investasi pengetahuan) dengan mengembangkan kemapuan mengendalikan uang sebelum memulai membangun kekayaan materi.



Semoga bermanfaat.