Thursday, July 26, 2007

KERJA KERAS DAN KESUKSESAN

TENTANG KERJA KERAS

Kami sekeluarga, pernah mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga, yang kebetulan tetangga kami sendiri, sebagai tenaga pencuci pakaian. Selama belasan tahun, ia bekerja pada keluarga kami dan beberapa keluarga lainnya secara bergiliran, dengan penuh dedikasi dan kesetiaan.

Beberapa tahun yang lalu, ia pensiun karena kendala fisik yang dialaminya. Tangan dan kakinya tak lagi mampu bersentuhan dengan dinginnya air untuk lebih dari beberapa menit saja. Setiap kali tangan dan kakinya tersaput air, ia akan merasakan ngilu yang sangat luar biasa, tak hanya di tangan dan kakinya, tapi juga di seluruh tubuhnya.

Sebagai pekerja super keras, Saya melihatnya sebagai contoh yang sangat nyata. Kendala fisik di atas sebagai muara dari kerasnya ia bekerja, adalah sebuah ironi tentang fenomena kerja keras.

Apakah setelah semua itu kehidupan fisiknya juga berubah? Kecuali tentang penyakit encok dan rematiknya itu, tidak ada. Penghasilannya selama ia bekerja hanya cukup untuk hidup hari demi hari.

Saat ia memutuskan untuk pensiun, pakaiannya tetap sama seperti saat ia memulai profesinya dahulu. Begitu pula rumahnya, tetap sebuah pondok berdinding kayu dengan segala perabot yang sama. Begitu pula dengan warung pecelnya, tetap seperti semula, bermeja reot berbangku reot, beratap terpal plastik yang itu-itu juga.

Bagaimanakah fenomena ini bisa terjadi? Mengapakah seseorang yang telah bekerja sedemikian keras di sepanjang hidupnya, tetap jua tak mengalami berbagai kemajuan dan peningkatan dalam kesejahteraan?

Lihatlah sekeliling Anda, Anda juga pasti akan menemukan banyak fenomena yang sama. Bagaimana dengan Anda sendiri? Mungkin Anda sudah membanting tulang setengah mati sepanjang hidup Anda. Kemudian, Anda menyadari bahwa keringat dan air mata yang bercucuran sekian lama, tak jua membuahkan peningkatan dalam kesejahteraan. Ya, sangat mungkin Anda "bernasib" seperti itu.

Bagaimana dengan ini?

Seorang Bill Gates drop out dari sekolah hukum ternama, tapi kini justru menjadi orang paling kaya di muka bumi. Akankah ia tetap menjadi orang paling kaya sedunia, jika ia tidak drop out? Saya yakin tidak. Sebab sebagai sebagai pengacara, sepopuler dan setop apapun ranking bisnisnya, tetaplah "pasarnya" lebih kecil dari dunia IT. Dan itu, tak akan membuatnya jadi orang paling kaya sedunia.

Seorang Aa Gym, yang "tak pernah" mengenyam bersekolah di pesantren, kini memiliki pesantren yang terhitung paling besar, sekaligus juga menjadi konglomerat bisnis.

Atau bahkan ini?

Seorang Rasulullah SAW, adalah pebisnis tulen sebelum menjadi Rasul. Saat menjadi Rasul, ia tidak lagi berbisnis. Apa yang terjadi? Setengah wilayah bumi kemudian menjadi "miliknya", separuh kekuasaan di muka bumi "berada di tangannya", dan setengah dari kekayaan dunia "berada di dalam genggamannya" .

Pernahkah Anda melihat orang yang santai bekerja, tapi kemudian kaya raya? Pernahkah Anda melihat seseorang, yang hanya bekerja empat jam sehari dan dua hari dalam seminggu, tapi berpenghasilan jauh lebih besar dari orang lain yang pontang-panting dan babak-belur lebih dari empatpuluh jam seminggu? Hoki? Nasib? Atau bisnis ideal?

Perhatikanlah bagaimana seorang konglomerat di dalam kesehariannya. Sangat mungkin, Anda akan melihat mereka begitu santai dan rileks. Waktu kerjanya mungkin akan sama seperti Anda. Begitu pula dengan jam tidurnya. Jika Anda bekerja pada mereka, sangat mungkin Anda justru bekerja lebih keras dari pada mereka.

Saat mereka memiliki satu perusahaan, jatah waktunya untuk berbisnis pada perusahaan itu mungkin delapan sampai enambelas jam. Saat punya dua perusahaan, waktunya untuk satu perusahaan mungkin akan berkurang menjadi setengahnya.

Saat punya empat perusahaan, mungkin waktunya untuk satu perusahaan hanya tinggal dua sampai empat jam saja. Dan saat perusahaannya sudah mencapai ratusan, maka bisa jadi mereka hanya punya waktu lima sampai sepuluh menit untuk setiap perusahaan.

Pada intinya, peningkatan di dalam kesuksesan dan kemajuan di dalam bisnis, justru berasosiasi dengan makin sedikitnya waktu mereka untuk semua upaya. Mereka makin sedikit bekerja, tapi justru makin sukses dan makin kaya.

Bagaimana ini?

Bagaimanakah Anda bisa memahami fenomena paradoksial seperti itu? Mengapakah ada orang yang bekerja keras dan makin keras, tapi nasib baik justru makin jauh berlari? Sebaliknya, mengapakah ada orang yang lebih santai, malah makin sukses dan makin sukses lagi?

Bapak dan Ibu sekalian yang budiman, apa yang akan Anda baca berikut ini, adalah ringkasan dari sebuah buku yang berjudul "The (Shocking!) Truth About Action". Di dalam judulnya ada kata "shocking". Itu bukan gertak sambal. Sebab, apa yang diulas di dalamnya, memang benar-benar akan mengguncang apapun yang Anda yakini selama ini tentang kesuksesan.

Pada sub judulnya, bahkan dikatakan kurang lebih begini,

"Ini semua adalah tentang bagaimana dan mengapa, nyaris segala yang Anda terima sebagai bahan pelajaran, di sepanjang hidup Anda, di sekolah, di rumah, dan di manapun, dari guru manapun, justru membangun tembok besar yang makin tinggi dan tebal, yang menjadi penghalang utama Anda mencapai kesuksesan."

Bapak dan Ibu sekalian yang budiman, ulasan berikut ini bisa memperjelas berbagai fenomena di atas. Dan seperti yang sudah Saya ingatkan, semua ini sangat mungkin bisa membuat Anda mengalami shock berat.

KESALAHAN MENDASAR TENTANG ACTION

Kesalahan itu adalah, Anda sudah terlanjur meyakini - di sepanjang hidup Anda - bahwa Anda akan mencapai apapun yang Anda inginkan dengan melakukan tindakan. Alias, Anda meyakini bahwa untuk mencapai sukses, Anda harus bertindak.

Inilah kenyataannya:

Keyakinan Anda itu justru menciptakan yang sebaliknya.

Dalam konteks ini, Anda telah menomorduakan kekuatan pikiran. 90% orang, ternyata bertindak dalam rangka mengkompensasi berbagai bentuk pemikiran yang tidak tepat.

Maksudnya, nyaris setiap tindakan yang Anda lakukan selama ini, adalah didorong oleh motivasi untuk struggle. Untuk selamat dan untuk survive.

Artinya:

Nyaris setiap tindakan yang Anda lakukan, sumbernya adalah ketakutan, kekhawatiran, dan keragu-raguan.

Dalam hal ini, Anda telah memaksa pikiran untuk terealisasikan dalam bentuk nyata melalui berbagai tindakan. Jika keputusan Anda untuk bertindak lebih dominan, maka apa yang akan menjadi fokus Anda adalah doing. Dan Anda menjadi lupa akan satu hal, yaitu being.

Apa yang akan tercipta dari pemikiran seperti itu, adalah sesuatu yang menyimpang dari tujuan awalnya. Anda merasa akan berbahagia dengan menjadi kaya. Tapi yang tercipta adalah; Anda memang menjadi kaya, tapi tidak berbahagia.

Being, adalah syarat pertama dan paling penting di dalam proses penciptaan.

Ketahuilah bahwa segala sesuatu diciptakan dua kali. Pertama dalam bentuk blue print, dan kedua saat direalisasi menjadi nyata.

Sebuah bangunan diciptakan dua kali, pertama saat di atas kertas dan kedua saat pembangunan fisik. Di atas kertas, arsitek bangunan itu tidak akan pernah menggambarkan proyeksi bangunan, dengan asumsi bahwa bangunan itu akan segera roboh.

Saat Anda menggambar "blue print" di dalam kepala, Anda bisa menggambarkan diri Anda sebagai orang yang super kaya misalnya. Tentunya, Anda tidak akan pernah menggambarkan bahwa di samping kekayaan itu, diri Anda juga tidak berbahagia.

Jadi, semuanya harus dimulai dengan being pada saat ini juga. Mulailah dengan berbahagia. Peganglah itu dengan kuat. Setelah itu, barulah Anda mulai melangkah untuk memanifestasikan bahagia dalam bentuk "menjadi orang kaya". Bukan sebaliknya, "pokoknya Saya mau kaya!" dan menomorduakan bahagia.

Bukankah urutannya adalah being, doing, baru kemudian having?

Ingatlah bahwa kaya tidak sama dengan bahagia. Untuk keduanya, Anda akan mengejar "having". Kaya sekaligus bahagia. Kaya boleh nanti, tapi bahagia? Rugi besar jika Anda menundanya. Dan jika Anda menundanya, maka ia akan segera terlepas dari Anda seumur hidup. Anda akan kaya, tapi Anda tak akan pernah berbahagia. Mengapa demikian?

INILAH RAHASIANYA

Bukanlah tindakan Anda yang menciptakan sesuatu, tapi niat Anda.

Anda akan bisa meminimalisir tindakan Anda (sehingga Anda lebih santai dan rileks), dengan berfokus pada semangat dan cita-cita - yang dibentuk oleh niat, sampai Anda merasa sudah waktunya untuk bertindak. Sehingga, tindakan itu nantinya tidak dilakukan dengan drive rasa takut, kekhawatiran, dan keragu-raguan. Saya pribadi menyebut ini dengan konsep "TUNGGULAH GONGNYA".

Bagaimana supaya kita bertindak setelah bunyi "gong" dan tidak mendahuluinya?

Fokuslah pada apa yang Anda inginkan, dan bukan pada apa yang tidak Anda inginkan.

Dengan fokus itu, Anda akan tahu kapan harus bertindak. Dan saat tindakan itu dieksekusi, maka semuanya akan terasa ringan dan tidak menjadi beban.

Di titik itulah, Anda akan berangkat dari titik departure yang benar, yaitu bertindak bukan dengan dasar rasa takut, khawatir, ragu, atau bahkan hanya sekedar ingin cari selamat alias struggle, melainkan dengan dasar semangat, cita-cita, dan enjoyment. Maka, seluruh alam semesta akan mulai mendukung Anda, dan memberi jalan yang mulus di hadapan Anda.

UJI KELAYAKAN SEBELUM BERTINDAK

Jika Anda sudah fokus pada semangat dan cita-cita, tapi Anda masih merasa grogi dan tidak percaya diri, Anda belum siap bertindak.

Jika Anda paksakan, semua tindakan Anda akan berubah menjadi beban. Padahal, Anda bisa bertindak tanpa beban, tanpa penghalang, dan tanpa rasa sakit. Sesungguhnyalah, Anda bisa bertindak nothing to lose. Alias Ikhlas. And that's fun of course.

Mendasarkan diri semata-mata pada tindakan, adalah tidak tepat. Tindakan Anda harus dibarengi dengan rasa tanpa beban. Menyenangkan dan nothing to lose. Hanya itulah yang akan membuat lingkungan dan alam semesta mendukung Anda.

Anda harus memperbaiki konsepsi tentang "no pain, no gain". Mengapa? Karena "pain" Anda semestinya berproporsi benar. Memang harus ada "pain", tapi itu tidak berarti bahwa semua bentuk "pain" harus Anda alami terlebih dahulu. "Pain" Anda haruslah worthed dengan "gain" yang Anda cita-citakan.

Jika Anda salah memahami konsep "no pain, no gain" ini, maka tindakan Anda hanya akan berbentuk struggle dan cari selamat saja.
Dan:

Anytime You are struggling, You are miscreating.

Jika Anda bertindak untuk struggle dan cari selamat saja, maka Anda akan sangat fokus pada "menghindari sesuatu". Ketahuilah, "sesuatu" yang Anda hindari itulah yang justru akan Anda dapatkan!

Ini menjelaskan fenomena masyarakat miskin di berbagai belahan dunia, yang terus bekerja keras siang dan malam, tapi nasibnya tidak berubah. Mereka, sebenarnya bisa merubah nasib dengan "hanya" merubah niatnya.

Bukankah Anda juga melihat, mereka yang tadinya di bawah, memang terbukti berubah nasibnya dengan merubah niatnya? Lihatlah perubahan nasib pengrajin, yang tercipta karena pergeseran niat dari "mencari sesuap nasi" menjadi "berbagi keindahan". Lihatlah pemenang Kalpataru. Lihatlah penerima penghargaan UKM. Lihatlah fenomena Grameen Bank. Mereka, telah merubah nasibnya dengan merubah niatnya.

Apa berikutnya?

Tindakan itu perlu, tapi ketahuilah bahwa tindakan adalah komponen terakhir di dalam proses penciptaan.

Tindakan tidak dapat dijadikan sebagai inisiator dari hasil. Inisiasi adalah fungsi dari being, thought, baru kemudian action. Dengan kata lain, inisiatif-lah yang menentukan hasil. Maka, di sini Anda mungkin perlu memperbaiki konsep tentang inisiatif. Inisiatif bukan hanya ide. Inisiatif adalah paket lengkap dari being, thought, dan action. Inisiatif akan menciptakan vibrasi.

Alam semesta ini adalah vibrasi. Setiap atom dan molekul alam semesta bervibrasi. Atom dan molekul di tubuh Anda juga. Pikiran Anda juga. Pikiran Anda punya frekuensi listrik seperti juga gelombang radio. Dan teori modern telah membuktikan bahwa gelombang itu termanifestasi secara fisik sebagai atom, molekul, dan partikel. Alias, punya bentuk materi juga.

Di dalam alam semesta ini, segala sesuatu diciptakan untuk bisa saling harmoni sehingga seimbang dan tidak hancur. Dengan harmonisasi vibrasi itu, alam semesta bergerak dan berubah. Dengan harmonisasi itu berbagai proses penciptaan lanjutan berlangsung. Termasuk, apapun yang menjadi cita-cita Anda, baik fisik maupun non fisik.

Maka sebelum bertindak, bertanyalah terlebih dahulu pada diri Anda sendiri:

"Bagaimana Saya bervibrasi, harmoniskah dengan vibrasi alam semesta?"

"Sesuaikah dengan tujuan dari penciptaan diri Saya?"

"Sesuaikah dengan tujuan dari penciptaan alam semesta?"

Bagaimana Anda bisa mengetahui dan mengatakannya? Anda bisa mengetahui dan mengatakannya dengan bertanya pada perasaan Anda. Lebih tinggi lagi, bertanyalah kepada nurani dan kalbu Anda.

Apa yang Anda rasakan, akan menentukan apa yang akan Anda tarik.

Dengan hanya berfokus pada apa yang Anda inginkan sesuai perasaan, nurani, dan kalbu Anda, maka alam semesta akan menciptakan satu set situasi dan keadaan khusus, di mana Anda akan bisa bertindak dengan ringan dan tanpa beban, dengan sebuah jaminan akan kesuksesan.

Setting situasi dan keadaan khusus itu, pasti tercipta bersama dengan apapun yang menjadi niat Anda. Alias, setting itu netral sifatnya. Begitulah hukum universalnya.

Dengan kata lain, semudah Anda jatuh, gagal, dan tidak sukses, semudah itu pula sebenarnya, Anda bisa bangkit, berhasil, dan menuai sukses, tanpa perlu terlalu ngoyo dan tergopoh-gopoh, apalagi kemaruk.

KESIMPULAN

Hasil Anda tidak ditentukan oleh tindakan Anda. Hasil Anda, ditentukan oleh niat Anda.




Sumber artikel dari
Ikhwan Sopa
Trainer E.D.A.N.





------------ --------- --------- ---

No comments: