Dalam memiliki dan memulai suatu usaha memang tidak serta merta begitu saja hadir dan instant tanpa proses,saya yakin banyak orang mempunyai penglaman tersendiri bagaimana "proses memulai bisnis" itu berlangsung sedikit demi sedikit sampai akhirnya berwujud bisnis atau sampai tercapai kesuksesan.
Proses yang saya maksud adalah sejak mulai terinspirasi untuk memulai bisnis,kemudian muncul ide bisnis,memilih jenis bisnis tertentu,merancang design bangunan/toko/usaha, survey pasar lingkungan setempat, sampai akhirnya berkeyakinan dan dengan optimis melangkah kebentuk real dengan meralisasikan rencananya itu dalam bentuk nyata, dengan ditandai dengan "berani invest" atau keluar modal untuk membiyayai semua keperluan yang dibutuhkan untuk jenis bisnis yang ia pilih, akhirnya jadilah bentuk usaha itu.
Tapi kadang karena kita ingin memilih bisnis yang bersifat unik,atau tidak terlalu banyak pesaingnya, suatu saat kita merasa " kekurangan ide" atau kalaupun ide itu ada, muncul pertanyaan lain dalam diri kita apakah ide bisnis ini kalau direalisasikan akan laku? atau mendapat sambutan pasar?.... memang tidak mudah untuk menjawab pertanyaan ini karena jawabanya yang pasti baru bisa dilihat setelah kita membuka dan merealisasikan bisnis unik kita itu, makanya tidak heran kalau tipe entrepreneur kita masih berkelas "bulu" mungkin kita akan mengurungkan niat kita itu membuka usaha itu karena tidak yakinya kita dengan respon pasar dari produk yang akan kita luncurkan dan kemudian baru menyesal setelah ada orang lain yang akhirnya merealisasikan ide kita yang selama ini kita tunda-tunda, dan munculah komentar..."coba kalu saya mulai usaha itu sejak dulu mungkin sudah sukses seperti orang itu"
Nah itulah gambaran seorang entrepreneur, ide bisnis itu sangat berharga dan jiwa optimis dalam merelisasikanya adalah tenaganya,kadang kita banyak ide tapi miskin keberanian akhirnya tergilas entrepreneur lain yang keberanian mengambil resiko dan jiwa optimisnya sudah berkelas "bantam".
Akhir- akhir ini saya semakin memahami bahwa ternyata memang benar kalau ada teori yang mengatakan: Dalam berbisnis Resiko berbanding dengan keuntungan yang didapat,semakin besar resiko kerugian semakin besar keuntungannya.
Sebagai contoh: Type kelas bulu seperti saya misalnya, dalam memilih bisnis mungkin lebih memilih yang sudah jelas laku dan sudah banyak dipasaran, misalnya kita dalam memulai bisnis makanan,maka untuk meminimalkan resiko saya akan pilih waralaba yang sudah jelas pasarnya, nah kalau saya sukses dalam usaha dari waralaba makanan tersebut tentu hasilnya tidak sebesar seperti seorang entrepreneur yang jiwa optimis dan tekadnya berkelas "bantam" yang berani memulai dan merintis sejak produk itu tidak dikenal, bahkan tidak ada dipasaran tapi karena keyakinannya akan respon pasar atas produknya, maka ia tidak putus asa dan tetap yakin atas langkah bisnisnya.
Proses yang saya maksud adalah sejak mulai terinspirasi untuk memulai bisnis,kemudian muncul ide bisnis,memilih jenis bisnis tertentu,merancang design bangunan/toko/usaha, survey pasar lingkungan setempat, sampai akhirnya berkeyakinan dan dengan optimis melangkah kebentuk real dengan meralisasikan rencananya itu dalam bentuk nyata, dengan ditandai dengan "berani invest" atau keluar modal untuk membiyayai semua keperluan yang dibutuhkan untuk jenis bisnis yang ia pilih, akhirnya jadilah bentuk usaha itu.
Tapi kadang karena kita ingin memilih bisnis yang bersifat unik,atau tidak terlalu banyak pesaingnya, suatu saat kita merasa " kekurangan ide" atau kalaupun ide itu ada, muncul pertanyaan lain dalam diri kita apakah ide bisnis ini kalau direalisasikan akan laku? atau mendapat sambutan pasar?.... memang tidak mudah untuk menjawab pertanyaan ini karena jawabanya yang pasti baru bisa dilihat setelah kita membuka dan merealisasikan bisnis unik kita itu, makanya tidak heran kalau tipe entrepreneur kita masih berkelas "bulu" mungkin kita akan mengurungkan niat kita itu membuka usaha itu karena tidak yakinya kita dengan respon pasar dari produk yang akan kita luncurkan dan kemudian baru menyesal setelah ada orang lain yang akhirnya merealisasikan ide kita yang selama ini kita tunda-tunda, dan munculah komentar..."coba kalu saya mulai usaha itu sejak dulu mungkin sudah sukses seperti orang itu"
Nah itulah gambaran seorang entrepreneur, ide bisnis itu sangat berharga dan jiwa optimis dalam merelisasikanya adalah tenaganya,kadang kita banyak ide tapi miskin keberanian akhirnya tergilas entrepreneur lain yang keberanian mengambil resiko dan jiwa optimisnya sudah berkelas "bantam".
Akhir- akhir ini saya semakin memahami bahwa ternyata memang benar kalau ada teori yang mengatakan: Dalam berbisnis Resiko berbanding dengan keuntungan yang didapat,semakin besar resiko kerugian semakin besar keuntungannya.
Sebagai contoh: Type kelas bulu seperti saya misalnya, dalam memilih bisnis mungkin lebih memilih yang sudah jelas laku dan sudah banyak dipasaran, misalnya kita dalam memulai bisnis makanan,maka untuk meminimalkan resiko saya akan pilih waralaba yang sudah jelas pasarnya, nah kalau saya sukses dalam usaha dari waralaba makanan tersebut tentu hasilnya tidak sebesar seperti seorang entrepreneur yang jiwa optimis dan tekadnya berkelas "bantam" yang berani memulai dan merintis sejak produk itu tidak dikenal, bahkan tidak ada dipasaran tapi karena keyakinannya akan respon pasar atas produknya, maka ia tidak putus asa dan tetap yakin atas langkah bisnisnya.
Sebagai contohnya adalah Pak Hendy, seorang entrepreneur yang sangat optimis sejak dari awal mengembangkan "mereknya sendiri' yang saat itu tidak ada satupun yang membuka usaha dengn jenis makanan yang sama dengan nya. dan hasilnya sebanding dengan kegigihan nya dalam mempopulerkan makan jenis kabab ini ,yang semula dipandang sebelah mata dan sekarang hasilnya sungguh luar bisa berkat kekonsistenanya dalam membangun bisnis unik yang tidak ada pesaingnya.
Walaupun kita banyak ide-ide dalam berbisnis tapi alangkah baiknya dari sekian ide itu kita sarikan ke bentuk sekala proritas yang mana dulu yang akan kita jalani,salah satu caranya mungkin kita sesuaikan dengan SDM kita punyai saat ini atau hoby kita yang selama ini gandrungi, supaya apa yang kita geluti tetap terfokus dan enjoy dalam menjalani prosesnya.
Ide bisnis memang bisa kita dapat darimana saja,waktu kita bekerja,sedang dirumah,diperjalanan bahkan sedang dalam perantauan di negara lain sekalipun,dan juga dalam merealisasikannya tidak mesti harus di indonesia saja, kalaulah kita menjadi seorang perantau di negri orang kita bisa juga memulainya disana,dan hal ini telah di buktikan oleh seorang ibu yang sekarang merantau di hongkong, Silahkan simak kisahnya
Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi......
Walaupun kita banyak ide-ide dalam berbisnis tapi alangkah baiknya dari sekian ide itu kita sarikan ke bentuk sekala proritas yang mana dulu yang akan kita jalani,salah satu caranya mungkin kita sesuaikan dengan SDM kita punyai saat ini atau hoby kita yang selama ini gandrungi, supaya apa yang kita geluti tetap terfokus dan enjoy dalam menjalani prosesnya.
Ide bisnis memang bisa kita dapat darimana saja,waktu kita bekerja,sedang dirumah,diperjalanan bahkan sedang dalam perantauan di negara lain sekalipun,dan juga dalam merealisasikannya tidak mesti harus di indonesia saja, kalaulah kita menjadi seorang perantau di negri orang kita bisa juga memulainya disana,dan hal ini telah di buktikan oleh seorang ibu yang sekarang merantau di hongkong, Silahkan simak kisahnya
Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi......
No comments:
Post a Comment