Tuesday, October 23, 2007

SUKSES SETELAH DI PHK....


Kisah sukses adalah cerita nyata yang paling saya senangi,kenapa tidak? setelah membaca kisah-kisah orang sukses itu terkadang kita seperti mendapat tenaga dan semangat baru dalam berbisnis atau terus berkreasi menciptakan bisnis bisnis baru, tetapi memang tidak hanya cukup itu,supaya semangat kita tetap membara dan gigih dalam berwira usaha maka kita harus memiliki "alasan yang kuat" mengapa kita memilih berwirausaha untuk melihat apa alasan kuat anda untuk memulai bisnis silahkan lihat disini


Sebagai bentuk komitmen saya dalam mengisi artikel di blog Business and motivation, khususnya tentang kisah Sukses merintis usaha,maka untuk yang kesekian kalinya saya posting bagaimana kisah keberhasilan seorang entrepreneur dalam merintis usaha dari awal yang penuh onak dan duri sampai akhirnya dia dapat menikmati kesuksesan,tujuanya sebagai motivasi bagi kita untuk terus maju dalam mewujudkan bisnis2 impian kita yang selama ini belum terwujud dan menghindari serta mengambil hikmah dari kesalahan dan kegagalan yang sama dimasa datang...semoga kita mendapatkan manfaat dari kisahnya.

Tidak selamanya pemutusan hubungan kerja harus ditangisi. Tak selamanya pula pemutusan hubungan kerja membawa penderitaan. Bagi Kurniawan Santosa (47), misalnya, pemutusan hubungan kerja justru menjadi pembuka jalan untuk maju dan sukses.
Gara-gara terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), Kurniawan kini memiliki lima mobil antar-jemput anak-anak sekolah. Pendapatan bersih setelah dipotong gaji delapan karyawan, biaya perawatan kendaraan, serta bahan bakar setidaknya Rp 10,5 juta per bulan. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan saat dia bekerja sebagai karyawan Bank Harapan Sentosa (BHS) yang kemudian tutup dan dia terkena PHK tahun 1998 lalu.
"Bagi saya, PHK ternyata membawa berkah," kata sarjana hukum lulusan perguruan tinggi swasta terkemuka di Jakarta ini penuh keyakinan.

Namun, sukses yang diraih Kurniawan tidak datang tiba-tiba. Dia harus jatuh bangun merintis usahanya dan meniti dari bawah.
Usahanya diawali ketika BHS tutup dan Kurniawan menjadi salah satu korbannya. Karier yang telah dirintisnya selama sembilan tahun terhenti. Pendapatan yang diterimanya cukup besar mendadak hilang.
"Padahal saat itu saya harus menghidupi keluarga dengan tiga anak yang masih kecil-kecil," kata Kurniawan mengenang masa silamnya yang getir.

Namun, Kurniawan tak mau larut terlalu lama dalam kesedihan. Dia pun harus menerima kenyataan. Dengan cepat dia banting setir menjadi sopir antar-jemput anak-anak sekolah.
Pada mulanya, anak sulungnya memprotes karena penampilannya yang biasa rapi dengan mengenakan dasi dan berangkat pagi ke kantor menggunakan Kijang sekarang cukup tampil seadanya. Namun, untunglah istrinya memberikan dukungan penuh.
Penuh ketabahan

Hari-hari awal menjadi sopir antar-jemput anak-anak sekolah, dijalaninya dengan tabah. Namun, tidak gampang pula mencari pelanggan anak-anak sekolah. Padahal, ajakan dari mulut ke mulut dan bahkan menyebarkan brosur sudah dilakukannya.
"Mungkin orangtua khawatir anaknyanya diculik jika diantar-jemput orang yang tak dikenal," kata Kurniawan membuka sedikit kiatnya.
Berdasarkan dugaan ini, Kurniawan kemudian menawarkan layanan antar-jemput kepada teman-teman anaknya. Pihak sekolah juga dihubungi jika sewaktu-waktu ada orangtua yang membutuhkan jasa antar-jemput untuk anaknya.

Kiat ini ternyata ampuh karena orangtua merasa percaya dan aman anaknya diantar-jemput oleh orang yang dikenal. Kepercayaan ini dijaga betul oleh Kurniawan sejak memulai usahanya hingga sekarang. Salah satu bentuknya, Kurniawan menjemput dan mengantar anak-anak sekolah tepat waktu serta berupaya keras tidak ada murid yang terlambat masuk sekolah.

Agar bisa bersaing dengan jasa sejenis, Kurniawan melengkapi mobilnya dengan tape yang memutar lagu-lagu yang sedang populer di masyarakat. Kaset setiap hari ditukar antara mobil yang satu dengan yang lain agar penumpang tidak bosan. Bukan itu saja, setiap mobil juga dilengkapi air mineral kemasan dalam gelas dan kue kering yang bisa diambil penumpang secara cuma-cuma.
"Bukannya untuk memancing peminat, tetapi saya kasihan terkadang anak-anak tersebut tidak sempat sarapan di rumah. Jika ada kue, ya... lumayan, untuk sekadar ganjal perut," kata Kurniawan beralasan.
Berkat kreativitas dan keuletannya, jumlah anak-anak pelanggan antar-jemputnya bertambah setiap saat, terutama untuk siswa SD dan SMP.

Mobil yang dioperasikan juga bertambah menjadi tujuh unit, dua unit di antaranya merupakan titipan dengan sistem sewa.
Setiap hari, mobil-mobil Kijangnya itu menjelajah sekitar Bintaro, Ciledug, Pondok Aren, Cipulir, Cipadu Tangerang. dan sekitarnya untuk mengantar-jemput anak-anak sekolah. Sejumlah permintaan antar-jemput terpaksa ditolaknya karena dia sudah kewalahan melayani pelanggan.
"Saya tidak mau sekadar mencari jumlah pelanggan. Justru lebih penting meningkatkan pelayanan kepada pelanggan yang sudah ada," ujarnya.

Bagi dia, pemutusan hubungan kerja sungguh merupakan jalan untuk membuka dan mengembangkan usaha sendiri.
Pemasok pakaian
Lain lagi yang dialami Handoko (43). Setelah terkena PHK dari Bank Papan Sejahtera di Jakarta tahun 1998 lalu kini dia justru sukses menjadi pemasok pakaian Muslim. Dibantu istrinya Ny Elinawati (39), sarjana akuntansi ini sekarang memiliki toko pakaian Muslim di Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua, Jakarta, serta Pasar Atom, Surabaya.
Selain melayani penjualan secara grosir, pasar utamanya justru ke Bandung, Balikpapan dan Samarinda (Kalimantan Timur), serta Banjarmasin (Kalimantan Selatan). "Pasar ke Kalimantan ternyata masih terbuka lebar," ujar Handoko yang mengaku omzetnya di atas Rp 200 juta per bulan.

Namun, sukses yang diraih Handoko tidak berlangsung sekejap. Pemilik Toko Amanah di Tanah Abang ini harus jatuh bangun sebelum menemukan bidang usaha yang cocok. Sebelumnya dia sempat mengajukan lamaran ke sejumlah bank dan perusahaan di Jakarta, tetapi tak satu pun yang ditanggapi.
Sempat membuka usaha air isi ulang, tetapi hasilnya tak memuaskan. Di tengah keputusasaan dia kemudian menjadi sopir taksi. Saat menjadi sopir taksi inilah jalan mulai terbuka ketika Handoko mendapatkan penumpang, Hj Aminah, seorang ibu pedagang pakaian Muslim di Banjarmasin.

Dia diminta menunggu saat berbelanja pakaian Muslim di Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua hingga diantar ke Bandara Soekarno-Hatta.
Dari perkenalan ini, Handoko kemudian mencoba mencari pakaian Muslim motif bordiran ke Tasikmalaya dan Pasar Tegalgubug, Kabupaten Indramayu, yang dianggap harganya lebih murah. Istrinya, yang berkerudung, dia ajak karena dianggap lebih mengetahui model-model pakaian Muslim.

Berbagai mode pakaian Muslim kemudian dikirimnya ke Hj Aminah di Banjarmasin dengan pola konsinyasi. Karena harganya bersaing, usahanya cepat berkembang dan memasok toko pakaian Muslim di sejumlah kota, seperti Bandung dan Balikpapan. Handoko pun mencari motif-motif baru ke sentra bordir Bangil di Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur) serta Kabupaten Garut (Jawa Barat).

Kini Handoko merekrut sejumlah ahli desain untuk merancang sendiri pakaian Muslim. Karena pasokan utamanya untuk Kalimantan, dia membuka toko di Surabaya dengan pertimbangan jumlah penerbangan dan harga tiket lebih murah dari Surabaya daripada dari Jakarta.
Mengikuti perjalanan Handoko dan istrinya, ternyata tak selamanya PHK harus diratapi dengan kesedihan. PHK juga bisa menjadi pembuka jalan. "Namun semuanya tak berjalan mudah. Ibarat bayi, harus siap jatuh bangun dan tak boleh kapok," ujarnya. (referensi sumber data:kompas )